Sabtu, 10 Desember 2011

Happy 11th December yang ke-2

well hey you!
selamat 11 desember ya, along way to make this.haha. di sela-sela belajar buat ujian yang never ending. mungkin sedikit useless. but this just to show that how i care you so much. detail gini nih yang jadi hiburan dini diantara belajar ujian.yah, setidaknya ga membuat dini ingin cuti kuliah.haha. ga akan panjang dan lebar karena panjang kali lebar sama dengan luas. just want to say, happy 22th yah! huh, masih muda :') semua doa yang terbaik hanya untuk anda!


ohiyaa, ini ada foto geng belajar dini nih, ini bener2 diambil pas lagi mikirin limfoma,osteoporosis, diabetes mellitus dan teman-temannya. katanya selamat ulang taun icky, asli muka tebel gara-gara di daulat beginian. hahaaaa.

















lagilagi saya keluarkan pantun andalan,
si mamat jualan daun kapas
selamat ulang taun kang mas!

Rabu, 07 Desember 2011

subject-object!

eh sempet terpikir ga kalau tindakan yang kita lakukan itu berpotensi untuk membuat orang lain terkena hatinya. baik itu enak di hati atau malah enek di hati. sebagai makhluk sosial yang beranjak dewasa dan mulai mengenal cinta *eaaaa uhukuhuk. saya pernah merasakan itu loh. kedua nya, jadi subjek dan objek pun. tentu kalo jadi subjek, kita tau kalo kita telah berbuat salah jelas setelah melakukannya dan itu menjadi pemikiran yang mendalam dan penyesalan pula yang kadang tak termaafkan, but yaah bukan untuk diratapi tapi so what's next step you get? getting better atau tetap menjadi manusia pembuat orang lain terluka? naudzubillahimindzalik. kata-kata yang kita keluarkan harus selalu tertata denga santun dan menjaga hati dan perasaan orang lain, karena apa? ya karena kita juga ingin dihargai apalagi oleh orang terdekat kita no no i mean orang yang kamu anggap dekat. yaah, think it baby! 


saya, yang akan menjelang dewasa dan tua ini mungkin terlambat untuk menyadari hal ini, tapi orang bilang tidak ada salahnya terlambat daripada kamu tidak menyadarinya sama sekali. follow up nya? ya perbaiki yang buruknya terus cari sisi baik dari diri kita untuk senantiasa di pupuk dan dikembangkan. intinya, sebisa mungkin jangan buat orang lain terluka *apalagi orang yg bener2 kita sayangi meskipun itu niatnya baik, pasti ada cara halus buat nyampein niat baik kita.


nah, itu tuh yang juga saya alami. saya tau seseorang berniat baik, meluruskan jalan dan mengarahkan ke yang benar. menuju insan yang islami *aamiin. tapi ko yah caranya itu sedikit membuat saya gimana gitu like a G6 kali ya, gemeter-gundah-gulana-genges-galau-gilak! mungkin karena pengalaman masa lalu yang masih sedikit menghantui *ampoon ini bahasa* sehingga perubahan style nya dalam bersikap terutama gimana cara dia berinteraksi *di sms lo yah dg saya menjadi sedikit berbeda malah jadi bikin saya mikir *ini apa deh? ada apa ini? kenapa ini? uuhh, kenapa sih? ko gitu sih? loh ko marah? jangan gitu sayang! *stop diin ini sudah terlalu jauh ngaconya

singkat cerita, jangan gituuu dong. jangan buat saya menjadi bukan saya, jangan buat saya berubah menjadi bukan saya yang sesungguhnya. karena saya ingin kita apa adanya, tapi bukan berarti saya menolak perubahan atau niat baik kamu. but give me explaination why are you so rapid change? *doh tolong ini grammarnya minta dikelitik

last day masih biasa, loh ko malam itu suddenly begitu, dan satu yang perlu diketahui mungkin saya terkesan careless clumsy girl kalo di sms, i text semau gueh, seenak jidat *jidatnya pa habibi, flirting inih ituh, manja-manji, it's just my effort to make us feel so close and get closer kata orang sih itu namanya membangun chemistry tapi mungkin cara saya belum tepat ya tolong dimaafkan. sekalih lagih, itu adalah effor saya to get CLOSER with you. you know lah, we are different with other, *tepuktangan rame-rame* interaksi hanya sebatas sms-telpon, dan apa itu cukup untuk mengcover perjalanan kita masing-masing? jelas tidak. perlu effort lebih. semoga kamu mengerti itu :)



*mengheningkan cipta diiringi lagu Indonesia Raya*

Kamis, 03 November 2011

di sore hari yang hujan dengan sendu (*halah), saya berjalan menuju Solaria untuk membelo seporsi nasi goreng seafood yang menjadi pesanan si kakak.
saya              : " nasi goreng seafood mbak, take away ya."
waitress        : " oke, ditunggu mbak."
saya, duduk di salah satu meja dengan pikiran yang benar-benar kosong, hampa. honesty, saya benar-benar masih kepikiran perihal tadi malam, yasudahlah. tiba-tiba ada yang mengagetkan saya
x                  : " woiii din, ngapain lo?"
saya             : *dalam hati* ni orang ga mikir apa, ngapain saya duduk di restoran. " eh, X. iya nih lagi pesen. sendiri? "
x                  : " iya, abis ngeceng2 lah "
saya             : *dasar cowo, padahal pacarnya adalah teman saya*
x                  : " cowo lo ga ke bandung din?"
saya             : " engga." *senyum ketir* apapula ini
x                  : " hahaaaa, forever alone dong lo! "
saya             : zzzzzzzzzzzzzzzz, naudzubillahimindzaliiik *dalamhati*


duh, ini orang menarik banget sih, udah hari saya not so good, ditambah pula dengan banyolan yang super GAK LUCU!

Selasa, 01 November 2011

duh, maaf ya mbak. emang situ kenal saya? gausah pake ngoment apalagi nge-judge saya deh. terima kasih loh. urusin dulu aja hidup mbak yang udah terlanjur ganggu ketenangan dan kebahagiaan orang (*read : saya) baru mbak repot-repot urusin saya. gimana? sekian dan terima kasih



sincerely, me :)

Minggu, 30 Oktober 2011

Pak Menteri itu Dahlan Iskan

gara-gara libur 3 hari ini, alhasil saya jadi sering nongkrongin tv. mumping belum terlalu sibuk, jadi saya masih memanjakan diri dengan hal-hal yang nyantai. siang ini , entah ada angin apa, tiba-tiba ko pengen nonton metro TV dan wow, ternyata ada dialog ringan dengan Meneg BUMN yang baru, Bapak Dahlan Iskan. beliau ini mantan dirut PLN, yang disebut-sebut sukses menjabat posisi tersebut. bukan itu yang menjadi titik berat dari cerita saya tapi, yang membuat saya jatuh hati kepada bapak ini ialah kesederhanaannya.

dengan setelan casual untuk bapak-bapak seumuran bapak saya ini tergolong tampak easy going dan enak untuk dilihat. kemeja lengan panjang yang digulung dan sepatu keds merk New Era. tau kan harga New Era berapa, jauh dibawah Reebok, Nike, atau merk sepatu yang biasa dipajang di etalase toko. mungkin converse jauh lebih mahal dari sepatu pak menteri ini.

ga asik kan kalo cuma liat style aja, dan ternyata ada hal yang menarik lagi dari pak menteri ini. hatinya udah ga ori men! yap, beliau terkena sirosis dan melakukan transplantasi hati. 5 tahun menjadi masa "percobaan", kalo 5 tahun oke maka seterusnya oke, kalo engga. ya Wallohualambissawab! yang menjadi menarik ialah, setiap hari Pak Dahlan harus meminum obat imunosupressan setiap jam 5 pagi dan jam 5 sore TIDAK BOLEH TERLEWAT. yang langsung terpikir adalah : trims Pak telah menjadi pasien yang patuh. hehe

ini kutipan dari blog web PLN, langsung ditulis oleh Bapak: 
ada juga link dari blog yang mengatasnamakan Pak Dahlan Iskan, here http://dahlaniskan.wordpress.com/

Malam itu saya sudah berada di ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Siap berangkat ke Amsterdam, Belanda. Tas sudah masuk bagasi. Saya cek lagi paspor untuk melihat dokumen imigrasi. Semua beres. Saya pun siap-siap, sebentar lagi boarding. Istri saya sudah berada di Eropa tiga hari lebih dulu. Mendampingi anak sulung saya yang menjabat Dirut Jawa Pos, yang menerima penghargaan dari persatuan koran sedunia. Jawa Pos terpilih sebagai koran terbaik dunia tahun ini.
Saya pun kirim BBM kepada direksi PLN untuk memberi tahu saat boarding sudah dekat. “Kapan pulangnya, Pak Dis?” tanya seorang direktur. “Tanggal 21 Oktober. Setelah kabinet baru diumumkan,” jawab saya. “Ooh, ini kepergian untuk ngelesi ya,” guraunya.
Saya memang tidak kepengin jadi menteri. Saya sudah telanjur jatuh cinta dengan PLN. Instansi yang dulu saya benci mati-matian ini telah membuat saya sangat bergairah dan serasa muda kembali. Bukan karena tergiur fasilitas dan gaji besar, tapi saya merasa telah menemukan model transformasi korporasi yang sangat besar yang biasanya sulit berubah. Saya juga tidak habis pikir mengapa PLN bisa berubah menjadi begitu dinamis. Beberapa faktor terlintas di pikiran saya.
Pertama, mayoritas orang PLN adalah orang yang berotak encer. Problem-problem sulit cepat mereka pecahkan. Sejak dari konsep, roadmap, sampai aplikasi teknisnya.
Kedua, latar belakang pendidikan orang PLN umumnya teknologi sehingga sudah terbiasa berpikir logis.
Ketiga, gelombang internal yang menghendaki PLN menjadi perusahaan yang baik/maju ternyata sangat-sangat besar.
Keempat, intervensi dari luar yang biasanya merusak sangat minimal.
Kelima, iklim yang diciptakan Men BUMN Bapak Mustafa Abubakar sangat kondusif yang memungkinkan lahirnya inisiatif-inisiatif besar dari korporasi.
Lima faktor itu yang membuat saya hidup bahagia di PLN. Dengan modal lima hal itu pula, komitmen apa pun untuk menyelesaikan persoalan rakyat di bidang kelistrikan bisa cepat terwujud. Itulah sebabnya saya berani membayangkan, akhir 2012 adalah saat yang sangat mengesankan bagi PLN.
Pada hari itu nanti, energy mix sudah sangat baik. Berarti penghematan bisa mencapai angka triliunan rupiah. Jumlah mati lampu sudah mencapai standar internasional untuk negara sekelas Indonesia. Penggunaan meter prabayar sudah menjadi yang terbesar di dunia. Rasio elektrifikasi sudah di atas 75 persen. Provinsi-provinsi yang selama ini dihina dengan cap “ayam mati di lumbung” sudah terbebas dari ejekan itu. Sumsel, Riau, Kalsel, Kaltim, dan Kalteng yang selama ini menjadi simbol “ayam mati di lumbung energi” sudah surplus listrik.
Pada akhir 2012 itu nanti, tepat tiga tahun saya di PLN, saatnya saya mengambil keputusan untuk kepentingan diri saya sendiri: berhenti! Saya ingin kembali menjadi orang bebas. Tidak ada kebahagiaan melebihi kebahagiaan orang bebas. Apalagi, orang bebas yang sehat, punya istri, punya anak, punya cucu, dan he he punya uang! Bisa ke mana pun mau pergi dan bisa mendapatkan apa pun yang dimau. Saya tahu masa jabatan saya memang lima tahun, tapi saya sudah sepakat dengan istri untuk hanya tiga tahun.
Niat seperti itu sudah sering saya kemukakan kepada sesama direksi. Terutama di bulan-bulan pertama dulu. Tapi, mereka melarang saya menyampaikannya secara terbuka. Khawatir menganggu kestabilan internal PLN. Mengapa? “Takut sejak jauh-jauh hari sudah banyak yang memasang strategi mengincar kursi Dirut,” ujarnya.
“Bukan strategi memajukan PLN,” tambahnya. “Lebih baik selama tiga tahun itu kita menyusun perkuatan internal agar sewaktu-waktu Pak Dis meninggalkan PLN kultur internal kita sudah baik,” katanya pula.
Saya setuju untuk menyimpan “dendam tiga tahun” itu. Organisasi sebesar PLN memang tidak boleh sering guncang. Terlalu besar muatannya. Kalau kendaraannya terguncang-guncang terus, bisa mabuk penumpangnya. Kalau 50.000 orang karyawan PLN mabuk semua, muntahannya akan menenggelamkan perusahaan.
Sepeninggal saya ini pun tidak boleh ada guncangan. Saya akan mengusulkan ke menteri BUMN yang baru untuk memilih salah seorang di antara direksi yang ada sekarang, yang terbukti sangat mampu memajukan PLN. Kalau di antara direksi sendiri ada yang ternyata berebut, saya akan usulkan untuk diberhentikan sekalian. Tapi, tidak mungkin direksi yang ada sekarang punya sifat seperti itu.
Saya sudah menyelaminya selama hampir dua tahun. Saya merasakan tim direksi PLN ini benar-benar satu hati, satu rasa, dan satu tekad. Ini sudah dibuktikan, ketika PLN menerima tekanan intervensi yang luar biasa besar, direksi sangat kompak menepis.
Kekompakan seperti itu yang juga membuat saya semakin bergairah untuk bekerja keras mempercepat transformasi PLN. Saya menyadari waktu tidak banyak. Keinginan untuk bisa segera menjadi orang bebas tidak boleh menyisakan agenda yang menyulitkan masa depan PLN. Itulah sebabnya moto PLN yang lama yang berbunyi “listrik untuk kehidupan yang lebih baik” kita ganti untuk sementara dengan moto yang lebih sederhana tapi nyata: Kerja! Kerja! Kerja!
Tanggal 27 Oktober 2011 nanti, bertepatan dengan Hari Listrik Nasional, moto baru itu akan digemakan ke seluruh Indonesia. Kerja! Kerja! Kerja! Sebenarnya ada satu kalimat yang saya usulkan sebelum kata kerja! kerja! kerja! itu. Lengkapnya begini: Jauhi politik! Kerja! Kerja! Kerja!
Tapi, teman-teman PLN menyarankan kalimat awal itu dihapus saja agar tidak menimbulkan komplikasi politik. Tentu saya setuju. Saya tahu, berniat menjauhi politik pun bisa kena masalah politik!
Sudah lama saya ingin naik business class yang baru dari Garuda Indonesia. Kesempatan ke Eropa ini saya pergunakan dengan baik. Toh bayar dengan uang pribadi. Saya dengar business class-nya Garuda sekarang tidak kalah mewah dengan penerbangan terkenal lainnya. Saya ingin merasakannya. Saya ingin membandingkannya. Kebetulan saat umrah Lebaran lalu saya sempat naik business class pesawat terbaru Emirat A380 yang ada barnya itu.
Sejak awal, sejak sebelum menjabat CEO PLN, saya memang mengagumi transformasi yang dilakukan Garuda. Saya dengar di Singapura pun kini Garuda sudah mendarat di terminal tiga. Lambang presitise dan keunggulan. Tidak lagi mendarat di terminal 1 yang sering menimbulkan ejekan “ini kan pesawat Indonesia, taruh saja di terminal 1 yang paling lama itu!”
Beberapa menit lagi saya akan merasakan kali pertama business class jarak jauh Garuda yang baru. Saya seperti tidak sabar menunggu boarding. Di saat seperti itulah tiba-tiba; “Ini ada tilpon untuk Pak Dahlan,” ujar keluarga saya yang akan sama-sama ke Eropa sambil menyodorkan HP-nya.
Telepon pun saya terima. Saya tercenung. “Tidak boleh berangkat! Ini perintah Presiden!” bunyi telepon itu. “Wah, saya kena cekal,” kata saya dalam hati. Mendapat perintah untuk membatalkan terbang ke Eropa, pikiran saya langsung terbang ke mana-mana.
Ke Wamena yang listriknya harus cukup dan 100 persen harus dari tenaga air tahun depan. Ke Buol yang baru saya putuskan segera bangun PLTGB (pembangkit listrik tenaga gas batu bara) agar dalam delapan bulan sudah menghasilkan listrik. Ke PLTU Amurang yang tidak selesai-selesai.
Ke Flores yang membuat saya bersumpah untuk menyelesaikan PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi) Ulumbu sebelum Natal ini. Saya tahu, teman-teman di Ulumbu bekerja amat keras agar sumpah itu tidak menimbulkan kutukan.
Pikiran saya juga terbang ke Lombok yang kelistrikannya selalu mengganggu pikiran saya. Sampai-sampai mendadak saya putuskan harus ada mini LNG di Lombok dalam waktu cepat. Ini saya simpulkan setelah kembali meninjau Lombok malam-malam minggu lalu. Saya tidak yakin, PLTU di sana bisa menyelesaikan masalah Lombok dengan tuntas.
Pikiran saya terbang ke Bali, membayangkan transmisi Bali Crossing yang akan menjadi tower tertinggi di dunia. Ke Banten Selatan dan Jabar Selatan yang tegangan listriknya begitu rendah seperti takut menyetrum Nyi Roro Kidul.
Meski masih tercenung di ruang tunggu Garuda, pikiran saya juga terbang ke Lampung yang enam bulan lagi akan surplus listrik dengan selesainya PLTU baru dan geotermal Ulubellu.
Juga teringat GM Lampung Agung Suteja yang saya beri beban berat untuk menyelesaikan nasib 10.000 petambak udang di Dipasena dalam waktu tiga bulan. Padahal, dia baru dapat beban berat menyelesaikan 80.000 warga yang harus secara masal pindah mendadak dari listrik koperasi ke listrik PLN.
Pikiran saya juga terbang ke Manna di selatan Bengkulu. Saya kepikir apakah saya masih boleh datang ke Manna tanggal 30 Desember, seperti yang saya janjikan untuk bersama-sama rakyat setempat syukuran terselesaikannya masalah listrik yang rumit di Manna. Saya terpikir Rengat, Tembilahan, Selatpanjang, Siak, dan Bagan Siapi-api yang saya programkan tahun depan harus beres.
Saya teringat Medan dan Tapanuli: alangkah hebatnya kawasan ini kalau listriknya tercukupi, tapi juga ingat alangkah beratnya persoalan di situ: proyek Pangkalan Susu yang ruwet, izin Asahan 3 yang belum keluar, PLTP Sarulla yang bertele-tele, dan Bandara Silangit yang belum juga dibesarkan.
Pikiran saya terus melayang ke Jambi yang akan menjadi percontohan penyelesaian problem terpelik sistem kelistrikan: problem peaker. Di sana lagi dibangun terminal compressed gas storage (CNG) yang kalau berhasil akan menjadi model untuk seluruh Indonesia. Saya ingin sekali melihatnya mulai beroperasi beberapa bulan lagi. Masihkah saya boleh menengok bayi Jambi itu nanti?
Juga ingat Seram di Maluku yang harus segera membangun minihidro. Lalu, bagaimana nasib program 100 pulau harus berlistrik 100 persen tenaga matahari. Ingat Halmahera, Sumba, Timika.
Tentu saya juga ingat Pacitan. PLTU di Pacitan belum menemukan jalan keluar. Yakni, bagaimana mengatasi gelombang dahsyat yang mencapai 8 meter di situ. Ini sangat menyulitkan dalam membangun breakwater untuk melindungi pelabuhan batu bara.
Dan Rabu 23 Oktober lusa saya janji ke Nias. Dan bermalam di situ. Empat bupati di Kepulauan Nias sudah bertekad mendiskusikan bersama bagaimana membangun Nias dengan terlebih dahulu mengatasi masalah listriknya.
Yang paling membuat saya gundah adalah ini: saya melihat dan merasakan betapa bergairahnya seluruh jajaran PLN saat ini untuk bekerja keras memperbaiki diri. Saya seperti ingat satu per satu wajah teman-teman PLN di seluruh Indonesia yang pernah saya datangi.
Dengan pikiran yang gundah seperti itulah, saya berdiri. Mengurus pembatalan terbang ke Eropa. Menarik kembali bagasi, membatalkan boarding, mengusahakan stempel imigrasi, dan meninggalkan bandara.

the casual minister :)
Hati saya malam itu sangat galau. Saya sudah telanjur jatuh cinta setengah mati kepada orang yang dulu saya benci: PLN. Tapi, belum lagi saya bisa merayakan bulan madunya, saya harus meninggalkannya. Inikah yang disebut kasih tak sampai? (*)

Patch Adams


okee saat ini, saya ingin sedikit membagi cerita tentang seseorang yang inspiratif sekali. kepenasaranan ini berawal dari jalan-jalan sore tadi di mezanin gramedia. ga niat beli buku emang, hanya jalan-jalan mengusir penat saja sambil curi-curi baca. hihi. perhatian saya jatuh pada buku-buku tentang keindahan Turki ( i hope next time i will go there), rahasia sukses google,  novel, resep masak dan biografi. sayang, tidak terlalu memanggil hasrat saya untuk membeli, hingga mata saya tertuju pada satu buku berjudul "Patch Adams". rasanya nama ini familiar, tapi siapa ya. niat hati ingin mengambil buku tersebut dari rak paling atas tapi tiba-tiba kecepatan tangan saya lebih lambat dibandingkan bapa-bapa yang mungkin juga mengincar buku itu dari tadi. yaaahhh! telat. penasaran? ya sangat. saya ubek-ubek itu gramedia, tapi ternyata buku itu ludes. baiklah, saya menyerah dan memilih untuk googling lagi, ada hal menarik apa dengan Patch Adams sampai-sampai saya sangta ingin tahu isi buku tersebut dan sosok Patch Adams.
sesampainya di kosan, tanpa ba bi bu, saya langsung nyalain leptop, connect internet dan mulai googling dengan keyword "Patch Adam". wowww, banyak link yang saya temukan. dan ternyata, dialah Patch Adams si Clowny Doctor. 
ternyata beliau ini adalah dokter nyeleneh yang punya cara unik untuk mengobati pasiennya. oh iya, kenapa saya begitu familiar dengan nama ini, karena ternyata beberapa waktu lalu saya sempat menonton film tentang orang ini, sekilas.
ini ceritanya :

"Dr. Hunter "Patch" Adams" yang terkenal dengan metode penyembuhannya yang tidak lazim dan melawan pakem tradisional kedokteran. Kisahnya dimulai dengan Hunter Adams (Robin Williams) yang depresi lantaran ditinggal pacarnya namun secara sukarela masuk ke rumah sakit jiwa lantaran ingin sembuh.
Ketika berada dalam perawatan di rumah sakit, Hunter mulai menemukan jalan hidupnya. Di sana ia menikmati bisa menolong pasien lain lantaran melihat dokter dan staf bersikap kaku pada para pasien. Ia menolong para pasien dengan humor dan tawa. Sejak itu Hunter yang kemudian lebih dikenal dengan julukan Patch bertekad menjadi dokter agar bisa membantu banyak orang.
Namun di sekolah kedokteran, Patch melihat metode pengobatan yang diajarkan sangat kaku karena hanya melihat sisi badaniah dan mengabaikan sisi rohaniah. Patch menganggap pengobatan harusnya mencakup dua sisi tersebut serta melihat humor adalah obat terbaik untuk kesehatan. Metode yang digunakannya sangat ditentang para dokter dan profesor sekolah kedokteran yang tidak suka metode mereka dipertanyakan.
Patch Adams versi asli
Tetap saja Patch maju terus, tidak peduli kecaman atau gugatan dari kolega di dunia medis. Setelah lulus kedokteran, Patch kemudian mendirikan klinik sendiri yang bernama Gesundheit Clinic agar lebih leluasa menggunakan metodenya dan juga ingin membantu banyak pasien miskin yang tidak terjangkau sistem kesehatan Amerika yang mahal dan elitis. Namun lantaran Patch berpraktek tanpa izin praktek, ia lalu diajukan ke dewan kehormatan kedokteran, Medical Review Board."

unik dan agak sulit dimengerti, tapi inilah yang dibutuhkan saat ini, cerita tadi begitu menginspirasi saya untuk terus menguatkan niat untuk berkecimpung di bidang Patients Care. karena pendekatan secara personal itu secara rohani justru sangat berarti. kenapa saya berani ngomong seperti itu. ya, karena saya sempat merasakan menjadi salah satu pasien yang merasa pendekatan rohani adalah sangat berarti.

" Hunter Doherty "Patch" Adams, M.D. (born May 28, 1945, in Washington, D.C.) is an American physician, social activist, citizen diplomat and author. He founded the Gesundheit! Institute in 1971. Each year he organizes a group of volunteers from around the world to travel to various countries where they dress as clowns in an effort to bring humor to orphans, patients, and other people.

His life inspired the film Patch Adams, starring Robin Williams. Adams is currently based in Urbana, Illinois. In collaboration with the institute, he promotes an alternative health care model, not funded by insurance policies"


ada lagi nih, versi videonya nya, check this out!

dan ini loh, film nya. mari hunting (lagi!)

the movie
ini kisah nyata yang difilmkan, sampai saat ini Gesundheit! Institute  masih berdiri kokoh di Kanada sana. mudah-mudahan suatu saat nanti, saya berkesempatan untuk melihat secara langsung. aamiin


Sabtu, 29 Oktober 2011

halooo selamat pagi! :) have a wonderful day